Derajat Cita-cita

Kejarlah yang paling tinggi. Sesungguhnya Nabiyullah Musa as saat diistimewakan Allah swt dengan kalam, ia mengatakan, “Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu.”
Kemuliaan tidak dating sebagai hadiah. Tapi diperoleh dengan peluh. Sperti burung Hud-hud terbang membawa surat. Lalu keberaniannya diabadikan dalam surat An-Naml. Seperti seekor semut yang bergerak selalu tak kenal henti. Membutuhkan kesabaran berlipat dan waktu yang lama.
Lalu engkau ingin kemuliaan tanpa kesungguhan? Ingin mencapai ketinggian, tapi lelap di waktu malam? Berharap surga, tapi meremehkan sunnah?
Rasul kita saw, berdiri shalat hingga bengkak mata kakinya. Ia menyisipkan batu di perutnya karena lapar. Padahal dia adalah seorang hamba yang terlindungi. Tapi bercucuran darahnya karena lemparan batu. Dan ia hadapi setiap tipu daya.
Abu Bakar ra diseru dari salah satu pintu di antara 8 pintu surga. Itu karena hatinya terkait dengan Rabbnya di setiap detiknya. Seluruh perkataannya bersumber dari agamanya. Seluruh sikapnya berasal dari petunjuk. Ia tegakkan al haq di setiap keadaannya. Ia infakkan hartanya di jalan Allah. Ia hijrah dan tinggalkan keluarganya.
Keluarlah dari kerangkeng khayalan. Wahai orang yang tertawan oleh nyanyian. Bersihkan debu kemalasan. Tinggalkan orang yang hanya mampu mencela dan mengkritik. Siapapun yang berjalan maka ia pasti akan sampai. Apakah engkau lupakan ayat-ayat, engkau tunda-tunda shalat, engkau abaikan perjalanan usia dengan bergadang, lalu engkau rindukan surga?
Engkau mempunyai waktu tapi kepalamu bertopang dagu. Rasulullah saw bersabda, “Peliharalah apapun yang bermanfaat untukmu.” Karena sesuatu yang bermanfaat bagimu, bias menaikkan dirimu. “Mu`min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah swt daripada mu`min yang lemah.” Karena dengan kekuatanlah, istana yang indah bias di bangun. Dan dengan kekuatanlah, kemuliaan bisa terenggut.
Pemilik cita-cita tak pernah peduli dengan panas. Tidak takut menghadapi dingin. Tidak goyah oleh bahaya. Tidak gelisah oleh kepahitan. Itu karena dia telah tertameng dengan kesabaran.
Allah memerintahkan kita untuk beramal, dan ingin menyaksikan amal perbuatan kita. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti Kami beri petunjuk kepada mereka dengan jalan-jalan Kami.: Hidup ini adalah aqidah dan jihad. Kesabaran dan kekuatan. Pengorbanan dan perjuangan. Kebaktian dan kemenangan. Tidak ada tempat duduk di kendaraan dunia ini bagi yang tersingkirkan.
Carilah pahala sejak fajar. Membaca dan berdzikir. Atau doa mengucap syukur. Karena saat itulah, waktu keberangkatan burung-burung dari sarangnya. Dan jangan lupakan: “Allah memberkahi umatku pada kepagiannya.”

taken from Tarbawi, in Wahat by DR. Aidh bin Abdullah Al Qarni