<body><!-- --><div id="b-navbar"><a href="http://www.blogger.com/" id="b-logo" title="Go to Blogger.com"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/logobar.gif" alt="Blogger" width="80" height="24" /></a><form id="b-search" action="http://www.google.com/search"><div id="b-more"><a href="http://www.blogger.com/" id="b-getorpost"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_getblog.gif" alt="Get your own blog" width="112" height="15" /></a><a href="http://www.blogger.com/redirect/next_blog.pyra?navBar=true" id="b-next"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_nextblog.gif" alt="Next blog" width="72" height="15" /></a></div><div id="b-this"><input type="text" id="b-query" name="q" /><input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" /><input type="hidden" name="sitesearch" value="mahrani.blogspot.com" /><input type="image" src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_search.gif" alt="Search" value="Search" id="b-searchbtn" title="Search this blog with Google" /><a href="javascript:BlogThis();" id=" function BlogThis() {Q='';x=document;y=window;if(x.selection) {Q=x.selection.createRange().text;} else if (y.getSelection) { Q=y.getSelection();} else if (x.getSelection) { Q=x.getSelection();}popw = y.open('http://www.blogger.com/blog_this.pyra?t=' + escape(Q) + '&u=' + escape(location.href) + '&n=' + escape(document.title),'bloggerForm','scrollbars=no,width=475,height=300,top=175,left=75,status=yes,resizable=yes');void(0);} --></script><div id="space-for-ie"></div><!-- --><div id="b-navbar"><a href="http://www.blogger.com/" id="b-logo" title="Go to Blogger.com"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/logobar.gif" alt="Blogger" width="80" height="24" /></a><form id="b-search" action="http://www.google.com/search"><div id="b-more"><a href="http://www.blogger.com/" id="b-getorpost"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_getblog.gif" alt="Get your own blog" width="112" height="15" /></a><a href="http://www.blogger.com/redirect/next_blog.pyra?navBar=true" id="b-next"><img src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_nextblog.gif" alt="Next blog" width="72" height="15" /></a></div><div id="b-this"><input type="text" id="b-query" name="q" /><input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" /><input type="hidden" name="sitesearch" value="mahrani.blogspot.com" /><input type="image" src="http://www.blogger.com/img/navbar/4/btn_search.gif" alt="Search" value="Search" id="b-searchbtn" title="Search this blog with Google" /><a href="javascript:BlogThis();"id=" function BlogThis() {Q='';x=document;y=window;if(x.selection) {Q=x.selection.createRange().text;} else if (y.getSelection) { Q=y.getSelection();} else if (x.getSelection) { Q=x.getSelection();}popw = y.open('http://www.blogger.com/blog_this.pyra?t=' + escape(Q) + '&u=' + escape(location.href) + '&n=' + escape(document.title),'bloggerForm','scrollbars=no,width=475,height=300,top=175,left=75,status=yes,resizable=yes');void(0);} --></script><div id="space-for-ie"></div>

Friday, October 19, 2007

Energi Ramadan

Setelah salat subuh dan aktifitas ibadah lainnya, saya langsung bersih-bersih rumah. Karena hari itu, tepatnya 6 Oktober, aktifitas yang akan saya lakukan cukup memakan waktu. Saya intip dari jendela rumah ke arah luar. Masih keliatan sepi-senyap, mungkin lagi pada lanjutin tidur kali yaa..:) Apalagi hari Sabtu, hari libur bagi yang bekerja rutin Senin-Jumat.

Selesai mengerjakan pekerjaan rumah, saya langsung mandi dan bersiap-siap untuk memulai aktifitas saya di luar rumah. Sekitar jam 7 saya pesan ojek via telpon. Kebetulan rumah saya letaknya di belakang, untuk ke gerbang depan komplek lumayan jauh juga. Sampai di depan, saya dengan mudahnya langsung dapat angkot menuju arah Margonda. Pagi itu saya akan mengikuti sebuah kajian rutin bersama teman-teman.

Jam 830 saya pamit duluan, tidak sampai selesai mengikuti kajian itu. Padahal materi yang disampaikan sangat menarik dan akan saya lakukan pada malam harinya, di 10 Ramadan terakhir yang sangat dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Hari itu juga saya akan mengikuti seminar kesehatan di Peninsula yang dimulai jam 10 pagi.

Empat puluh lima menit menunggu patas, hamdulillah saya dapat tempat duduk nomor 2 dari depan. Disebelah saya terlihat seorang laki-laki yang sudah tertidur lelap, nikmat sekali kelihatannya. Saya perhatikan sekeliling, banyak penumpang yang melanjutkan tidurnya.

Tiba di Peninsula, seminar itu belum dimulai, padahal sudah jam 10 lebih 15 menit. Peserta sudah menunggu di depan pintu ruang seminar. Saya langsung registrasi ulang, dan menemui teman dekat yang saya kenal di Qatar dan kebetulan sedang berada di Jakarta juga. Seminar ini saya ikuti lebih kepada ilmu yang akan saya dapatkan tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita.

Seminar selesai sampai sore, dilanjutkan buka puasa bersama dan salat magrib. Tapi saya tidak sampai selesai mengikuti seminar itu. Sekitar jam 2 siang saya keluar dari ruang seminar. Saya akan pulang bareng abang saya yang kebetulan baru selesai urusan di Indosiar.

Sampai di rumah sekitar jam 430 sore. Saya masih harus menyiapkan segala sesuatunya untuk itikaf di At Tiin TMII. Saya putuskan berangkat ke mesjid itu setelah salat magrib, dengan perkiraan tidak akan macet. Jam 7 malam saya berangkat menuju mesjid dengan angkot. Perkiraan saya salah total, justru di jam segitu jalanan lagi macet-macetnya. Orang-orang meramaikan mal-mal berburu baju lebaran, bukan meramaikan mesjid berburu Lailatul Qadr seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Tepat jam 9 malam saya baru tiba di At Tiin. Terlihat banyak orang berjualan di depan halaman luar mesjid, mulai dari makanan, baju muslim pria dan wanita, jilbab, peci sampai petasan. Saya langsung menuju lantai atas mesjid, duduk sebentar sambil memperhatikan jamaah yang sudah hadir. Saya kebetulan janjian dengan sahabat saya. Tak terlihat wajah itu, sms saya kirim menanyakan dimana keberadaannya. Sahabat saya juga baru sampai dan berada di lantai 2. Saya pun ke lantai 2 menemuinya.

Setelah berbincang sebentar, kami wudhu dan dilanjutkan salat isya dan tarawih berjamaah. Malam itu, suasana sangat tenang sekali. Udaranya juga tidak panas. Ketenangan itu juga saya rasakan di dalam hati saya. Nikmat sekali rasanya berada di tempat itu, bermunajat kepada-Nya, memohon ampunan dan kesempatan menikmati Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Keesokan paginya, setelah salat subuh berjamaah, kami melanjutkan ‘itikaf’ di dalam bis damri menuju airport Soeta. Tak satu pun dari kami yang akan mudik, melainkan hendak menemui teman yang akan berangkat ke Banda Aceh. Sekalian kopdar, karena belum pernah bertatap muka langsung. Sebenarnya saya belum kenal dengan teman yang kami temui itu. Sahabat saya yang mengenalnya melalui multiply.

Tiba di airport, waktu menunjukkan pukul 630 pagi. Kami pun segera menemui teman tadi dan hamdulillah ga salah orang :) Beliau akan take off setengah jam lagi. Beberapa menit berbincang dengannya, waktu jua yang memisahkan kami.

Perjalanan ‘itikaf’ akan kami lanjutkan dengan damri yang membawa kami ke arah rumah masing-masing. Saya ke Depok, sedangkan sahabat saya menuju Bekasi. Lumayan lama juga nunggu damrinya. Apalagi yang ke arah Depok. Keletihan perlahan saya rasakan, namun tetap bersemangat. Ramadan membawa energi tersendiri bagi saya. Subhanallah... Bagaimana dengan anda?

Rabb, berikan saya kesempatan menikmati hidangan Ramadan-Mu di tahun-tahun berikutnya.

Depok, Syawal nan fitri 1428 H





Saturday, September 01, 2007

Bercinta di Udara

*) Maaf, tidak bermaksud menjelekkan maskapai yang saya sebutkan..

Ceritanya saya dan Ibu pulang duluan ke Jakarta 13 April 2005 dengan Qatar Airways, Doha-Spore-Jkt. Bapak dan adik saya menyusul beberapa minggu kemudian. Kami duduk di kelas ekonomi. Seperti biasa, banyak para tkw yang bekerja sebagai pembantu , ikut meramaikan beragamnya penumpang di pesawat itu. Setelah makanan pertama dibagikan oleh pramugara-pramugari dan penumpang selesai menyantapnya, lampu penerang didalam kabin mulai dimatikan. Dan mulai deh dapat jatah selimut. Apalagi memang udah tengah malam, mata udah layu, perut juga udah diisi.

Saya dan ibu duduk dideretan dekat jendela. Didepan kami duduk dua orang tkw yang bekerja sebagai pembantu dan saling bertukar cerita tentang majikan dan gaji yang diberikan. Kedua wanita itu wajahnya biasa saja, yang satu agak kurusan dan yang satu lagi lumayan seksi. Duduk di deretan tengah 5 orang pemuda Arab yang rupanya dari tadi memperhatikan dua orang tkw yang asik berbincang tersebut. Mulailah salah satu pemuda arab itu menegur dua wanita tadi. Mereka berbincang dengan bahasa arab. Dari perbincangan yang saya dengar, pemuda itu menanyakan berapa gaji yang diberikan oleh sang majikan. Makin lama mereka terlihat sangat akrab, ketawa-ketiwi seperti teman lama. Tak lama setelah itu, dua wanita tadi beranjak dari tempat duduknya menuju ke belakang. Mereka menceritakan tentang obrolannya dengan pemuda arab ke sesama temannya yang duduk di deretan belakang. Terdengar berisik sekali, mereka ngobrol sesukanya tanpa mempedulikan orang-orang yang mulai terlelap. Saya sebenarnya terganggu juga tapi dicuekin ajalah, toh nantinya mereka juga kalau udah capek berhenti sendiri.

Setelah dua wanita tadi beranjak, giliran 5 pemuda Arab itu juga ikutan ke belakang. Wah, saya penasaran juga ni. 5 pemuda barengan ke belakang, ngapain yaa..?? Saya lihat mereka di belakang asik kenalan dengan para tkw kita (yang juga teman-teman dari dua wanita tadi), berjabatan tangan dan berkesempatan jeprat-jepret poto bareng ama 5 pemuda Arab itu. Layaknya selebritis jumpa penggemar :). Makin tambah rame aja mereka. Beberapa pramugari mengingatkan mereka untuk kembali ke tempat duduk. Tapi ya... tetap aja mereka bertahan, cuek aja dengan peringatan itu. Penumpang lain udah merasa terganggu, keliatan ada yang terbangun dari tidurnya dan ngomel-ngomel sendiri. Salah satu pemuda itu akhirnya kembali ke tempat duduknya, disusul kemudian dengan seorang wanita (salah satu dari 2 wanita yang pertama mereka kenal) yang duduk langsung disamping pemuda Arab itu. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, ngobrol sambil becanda, berbisik-bisik dan akhirnya menggunakan selimut untuk menutupi mereka berdua sambil tiduran. Melihat hal itu, teman-temannya yang dibelakang lebih heboh. Dua orang teman yang lain yang mendekat ke arah mereka yang lagi berdua di dalam selimut sambil marah-marah ke temannya yang mau-maunya diajak tidur sama pemuda yang baru saja dikenalnya. Penumpang yang duduk disekitarnya udah ada yang mengingatkan pemuda itu, tetapi peringatan itu dicuekin aja. Wong lagi asik, peduli amat apa kata orang...Wanita yang lagi dimabuk cinta itu, mungkin risih mendengar omelan teman-temannya, beranjak juga dari pemuda tadi. Dia ke belakang, ke arah teman-temannya yang ngomel. Ngakunya ga ngapa-ngapain didalam selimut. Ah, siapa yang percaya mbak..??!! Temannya mengingatkan jangan mau dijadikan budak nafsu, malu sebagai orang Indonesia yang selalu dianggap rendah, sudahlah kita bekerja sebagai pembantu, mau-maunya diapa-apain sama pemuda itu. Panjang lebar temannya mengingatkan wanita tadi.

Mendengar nasihat yang diberikan ke wanita itu, saya udah mulai agak lega. Semoga kali ini bisa tidur dengan nyaman, ga ada adegan macam-macam lagi. Dugaan saya ternyata salah. Wanita tadi kembali dengan santainya duduk disamping pamuda Arab itu. Hmmm, mulai lagi ni pikir saya. Kembali mereka ngobrol, menceritakan kejadian yang dialami wanita tadi. Dan selimut pun kembali dibentangkan, mereka tanpa risih tidur berdua. Tetap tidak mempedulikan omelan teman-temannya dan tatapan marah para penumpang yang telah mengganggu kenyamanan perjalanan saat itu. Teman-temannya makin geram, makin heboh mereka. Salah satunya mendekati Ibu saya, menyuruh Ibu untuk memberitahu pasangan itu. Ibu saya menolak. Penumpang lain sudah ada yang mengingatkan, teman-temannya udah pada heboh juga, buat apa Ibu saya lagi yang harus mengingatkan? Pasangan itu tetap tidak mempedulikannya. Teman-temannya juga keukeuh dengan omelan-omelan mereka, padahal mereka tau pasangan itu pasti tidak akan mau mendengarnya. Saya pun mulai emosi juga, ini orang benar-benar mengganggu sekali. Saya berpikir untuk mengambil tindakan. Tindakan yang terpikirkan waktu itu adalah dengan menyiramkan air minum ke pasangan yang tidur tadi, biar mereka malu sekalian. Kebetulan saya masih punya sisa air minum. Sebelum melakukan rencana itu, saya konsultasikan ke Ibu. Wah, Ibu saya ga setuju. Kata Ibu nanti bukannya malah reda tapi makin rame. Hehehhe...bener juga pikir saya. Tapi saya waktu itu udah nekad dan emosi. Saya langsung berdiri sambil membawa air minum yang siap saya tumpahkan ke pasangan itu. Dannn…Ibu berhasil mencegah langkah dan tangan saya. Saya pun kembali duduk, rencana saya tidak berhasil. Dan mereka pun asik menikmati percintaannya.

Tiba di Singapore, 5 pemuda tadi turun. Tujuan mereka hanya sampai di Singapore. Saya lihat, satu pemuda yang tidur dengan wanita tadi memberikan sejumlah uang yang sudah dilipat kecil, memasukkan ke kantong baju sang kekasih. Tinggallah sang kekasih, membiarkan sang pangeran pergi begitu saja. Teman-temannya makin sewot. “Dasar wanita murahan !!”, begitu omelan dari teman-temannya. Wanita tadi hanya tersenyum simpul, kembali duduk. Entah apa yang dipikirkannya. Sejam kemudian penerbangan dilanjutkan menuju Jakarta. Alhamdulillah bisa kembali tenang dan selamat sampai tujuan.

Wednesday, August 15, 2007

Kelupaan

Salah satu sifat yang tidak baik dalam diri saya adalah lupa. Bukan di buat-buat atau di sengaja tapi mungkin karena tergesa-gesa atau tidak fokus terhadap sesuatu.

Sewaktu masih menjadi mahasiswa, di semester awal saya berkos yang jauh dari kampus saya. Kemana-mana saya menggunakan transportasi umum. Sesekali saja kalau pengen dianterin, saya minta tolong abang yang kuliah di universitas yang sama, hanya dia kampusnya di Tembalang. Kebetulan orang tua membelikan motor dan motor itu dipegang dan diurus dengan abang saya. Setelah abang lulus, motor itu diwariskan ke saya. Saya sih senang-senang aja, tapi bingung juga nanti kalau motor itu rewel. Saya sama sekali ga ngerti.

Pada semester kedua dan seterusnya saya berkos di Pleburan, dekat sekali dengan kampus. Jalan kaki beberapa menit saja gedung perkuliahan sudah terlihat. Motor tetap istirahat di kosan. Suatu hari saya ke kampus mengendarai motor. Karena hari itu hanya satu mata kuliah dan jadwalnya juga pagi, maka saya merencanakan ke Gramedia untuk membeli buku setelah perkuliahan selesai. Setelah keluar dari ruang kuliah, saya dengan santainya bareng teman-teman jalan kaki pulang menuju kosan yang memang sangat dekat itu. Sesampainya di kosan, salah satu teman kosan saya menanyakan kemana motor yang tadi saya bawa. Saat itu saya baru ngeh kalau tadi saya ke kampus dengan motor. Habis saya di ketawain dengan teman-teman kosan.

Saya pun langsung balik lagi ke kampus, menuju ke parkiran motor bagian depan kampus. Saya mencari-cari motor itu, kok ga keliatan. Karena sering kasus kehilangan motor di parkiran itu. Ternyata motor saya sudah diduduki dengan teman-teman cowok yang kuliah bareng dengan saya. Motor itu ketutupan dengan teman-teman yang lagi asik ngobrol di parkiran. Melihat tampang saya yang bingung mencari motor, salah satu dari mereka nanya ke saya sambil senyum-senyum,
Teman : lagi nyari apa?
Saya : cari motor, kok ga ada yaa?? Perasaan tadi disini saya parkirnya.
Teman : hehhee, ini kan motornya. Diduduki, ga papa kan?
Saya : oh, yang bener? Alhamdulillah, kirain hilang. Iya ga apa-apa, tadi saya langsung pulang ke kosan. Lupa kalau hari ini bawa motor :)

Langsung saya diketawain ama teman-teman cowok itu.

Teman : memangnya sekarang mau kemana?
Saya : mau ke Gramed. Mau beli buku. Permisi yaa…Makasi udah jagain motor saya :)

Motor itu memang akrab dengan teman-teman saya. Kalau motor itu rewel, saya pasti minta tolong ke teman-teman cowok (salah satu dari mereka, bergantian saya minta tolongnya ) untuk mengurusnya. Mereka jadi hafal nomor plat motor dan juga kadang pinjam motor saya. Kalau saya lagi pulkam ke Aceh dan dikosan juga teman-teman pada pulang, saya pasti menitipkannya ke salah satu teman cowok yang asli Semarang.

Pernah lagi, suatu hari setelah kuliah selesai, saya mampir ke warung makan untuk beli makan siang waktu itu. Kebetulan saat itu saya mengendarai motor. Makanan yang sudah dibungkus tsb dikasi kantong plastik berwarna hitam. Sampai dikosan, setelah meletakkan tas dan lain-lain, saya pun makan siang. Kunci motor saya letakkan di dalam kantong plastik hitam yang berisi makanan tadi. Setelah selesai makan, bungkus makanan tadi saya masukkan kembali ke dalam kantong plastik hitam yang tadi diberikan oleh ibu warung. Kunci motor juga masih didalam kantong itu. Dan kantong itu saya buang ke bak sampah yang ada di luar rumah kos. Biasanya kalau udah siang gitu, banyak pemulung yang mengaduk-aduk sampah, mencari barang/sisa makanan yang ada di dalam bak sampah.

Sekitar jam 1500, saya sudah bersiap pergi untuk mengajar dan saya akan mengendarai motor rencananya. Sibuk saya mencari-cari kunci motor di kamar saya. Semua udah saya jelajahi, tapi kunci itu tetap ga ada. Kalau bisa di miscall sih enak yaa, bisa dengar suaranya ada dimana, hehhee.... Trus saya teringat dengan kantong itu. Segera saya keluar, saya aduk-aduk bak sampah, persis seperti pemulung yang sering saya lihat. Dibantu teman kos saya, Alhamdulillah kantong itu masih ada. Belum berpindah tangan ke pemulung. Alhamdulillah, saya pun senyum sendiri dan langsung bergegas pergi.

Friday, August 10, 2007

Ih, syereeemm...!!

Di ruang kuliah fisip salah satu universitas negeri di Semarang sekitar tahun 2001 tepatnya hari Jumat (lupa tanggal dan bulan apa), kami mengikuti ujian semester untuk mata kuliah Politik Jepang yang merupakan mata kuliah pilihan. Kebetulan pada hari itu, tidak ada satu pun yang mengawasi ujian. Hanya Tuhan yang mengawasi kami. Ini pasti kesempatan emas untuk menyontek, jarang sekali disia-siakan oleh mahasiswa.

Sebelum ujian berlangsung, saya lihat teman-teman sibuk membaca ulang bahan kuliah yang pernah diberikan. Ada juga yang udah mempersiapkan catatan-catatan kecil kemudian diatur sedemikian rupa supaya tidak diketahui oleh pengawas ujian. Saya perhatikan, teman yang duduk tepat di depan saya bernama An kelihatannya tenang-tenang aja. Persiapan untuk ujian sepertinya udah matang, ga ada masalah. Saya pun sekedar tanya ke An tentang kesiapannya ujian. An hanya menoleh, tidak menjawab dan tersenyum. Saat berlangsung ujian, apalagi tidak ada orang yang mengawasi, teman-teman mulai membuka-buka bahan kuliah dengan tenang dan santai, sambil dengan lancarnya menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Teman yang duduk disamping saya menawarkan kertas jawabannya ke saya. Tawaran itu saya tolak.

Dan seingat saya, pada saat ujian itu saya sama sekali tidak berbicara ke An. Setelah Jumatan di masjid Baiturrahman yang terletak di kawasan Simpang Lima dan kebetulan berdekatan dengan kampus, An sebelum beranjak pergi terduduk lama di teras mesjid. Cerita ini saya dapat dari teman-teman kosnya yang juga teman kuliah saya sehari-sehari. Sebelum pulang ke kosan, An mampir ke toko buku Gramedia yang letaknya tak jauh dari mesjid. Dia mencari dan membaca buku-buku agama ditempat tersebut tanpa membelinya. Setelah puas membaca buku, An pun pulang ke kosan.

Sesampai di kosan, tingkah laku An berubah. Semua teman kos diceramahi, dinasehati tentang shalat dan lain-lain. Ada satu teman kami yang non muslim, Er, yang kebetulan lagi main di kosan itu. Er juga kecipratan ceramahnya An. Er disuruh pindah agama oleh An. Tentunya Er tidak menanggapi karena An kelihatan aneh, seperti bukan dirinya sendiri. An juga jadi rajin ke mushalla dekat kosnya, 5 waktu. Ga pernah-pernahnya An seperti ini. Kadang-kadang dia juga tidur di mushalla dan membersihkannya dengan suka rela.

Suatu hari dipertengahan malam, An seperti kerasukan. Badannya basah kuyup oleh keringat dan gemetaran. Teman-teman sekosan jadi panik. An juga menyebut-nyebut nama 2 mahasiswi, Yu dan nama saya sendiri. Mendengar nama Yu, teman sekosan An tidaklah heran karena memang diketahui An naksir dengan Yu. Dan pernah terlihat mereka jalan bareng. Yu saya akui memang cantik, dia juga teman saya. Ketika mendengar nama saya yang kemudian disebut-sebutnya, teman-teman kos An pada kaget. Karena antara saya dan An jarang sekali terlihat ngobrol lama. Saya juga tidak pernah becanda atau ngobrol iseng dengannya. An juga tipe laki-laki pendiam. Saya juga sering lihat An duduk menyendiri. An cerita ke teman kosan bahwa dia hanya ingin ketemu saya dan minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya waktu ujian itu. Menurut An, pada saat ujian saya menegur dan melarang An menyontek. An pun pada malam itu minta diantarkan ke kosan saya. Alhamdulillah teman-teman saya berhasil mencegahnya dengan memberikan berbagai alasan.

Semakin hari, kondisi An semakin memburuk. Semakin banyak keanehan yang terjadi. Menurut teman-teman saya, An sangat ingin berjihad ke Ambon, Palestine, dan Aceh. Pernah juga katanya An pergi dengan jalan kaki dari Peterongan menuju Ungaran untuk bertemu dengan salah satu Ki. Peterongan-Ungaran bukannya dekat, apalagi jalan kaki. Keinginan untuk ketemu saya semakin hari semakin memuncak, hanya untuk meminta maaf awalnya. Teman-teman kosannya sampe bingung bagaimana mencegah An supaya ga datang ke kosan saya. Setelah ujian semester, mahasiswa pasti dapat jatah libur. An berpikir ini kesempatan ketemu saya di kosan karena kegiatan kampus pasti libur juga. Keinginan An bertemu saya ga kesampaian, karena teman-teman mengatakan saya pulang ke Aceh.

Beberapa minggu berlalu, keadaan An tidak membaik. Akhirnya teman saya Muh dan Ron yang juga teman kos An datang ke kosan saya sekitar jam 8 pagi. Pagi itu saya sudah bersiap-siap ke kampus untuk bimbingan skripsi dengan dosen. Muh dan Ron menceritakan semua tentang An seperti yang saya ceritakan di atas, sambil menangis. Baru kali itu saya melihat laki-laki menangis dihadapan saya. Mereka bilang kasian dengan An dan memohon ke saya untuk bisa datang bertemu An di kosan. Siapa tau setelah ketemu saya, An bisa normal kembali. Mereka sengaja menyembunyikan dari saya beberapa minggu. Mereka ga mau saya jadi khawatir dan ketakutan apalagi saya anak rantau, jauh dari saudara dan orang tua. Ternyata mereka perhatian juga sama saya. Mereka juga mengatakan bahwa mamanya An udah datang dari Jakarta. Saya pun menyuruh mereka untuk berangkat duluan ke kosan, saya menyusul belakangan dengan mengendarai motor.

Sesampainya disana, saya disambut oleh ibu kos dan mempersilahkan masuk. Kemudian mamanya An keluar dari kamar menemui saya dan meminta maaf atas kejadian yang dialami anaknya. Juga bertanya sebenarnya ada hubungan apa antara saya dan An. Saya menjelaskan kembali bahwa saya tidak ada hubungan apa-apa, bahkan untuk ngobrol di kampus saja sangat jarang apalagi jalan bareng dengannya ga pernah. Sampai-sampai saya berani bersumpah waktu itu untuk meyakinkan mamanya. Tak berapa lama kemudian An pun dibawa keluar oleh salah seorang teman saya. An duduk persis berhadapan dengan saya didampingi mamanya. Saya didampingi ibu kos dan teman-teman kosan An. Jujur, saya waktu itu sangat takut sekali. Saya terus berdoa di dalam hati, mencoba menenangkan diri sendiri. Kemudian An mulai meminta maaf ke saya dan menjelaskan kesalahannya waktu ujian itu. Dia mengatakan itu sambil setengah tertawa dan keringatan. Seingat saya waktu itu tidak terasa panas. Saya jawab dengan singkat bahwa saya sudah memaafkannya. Omongan An mulai ngelantur kemana-mana. Mulai dari memprediksi siapa yang bakal menjadi presiden RI antara Megawati dan Gus Dur, memprediksi parpol yang akan menang, dan juga memprediksi siapa yang bakal menajadi presiden US. Dan selama saya berhadapan dengannya, saya membaca ayat kursi berulang-ulang, apalagi ketika dia menatap saya lekat. Saat itulah terjadi getaran yang sangat kencang pada tangan kiri dan kaki kirinya, keringatnya mengalir deras dan tampak seperti kesakitan. Saya ga tau sebabnya kenapa, apa karena ayat kursi yang saya baca, wallahualaam. Yang jelas saya saat itu sangat ketakutan menyaksikan langsung bagaimana An mengalami hal-hal yang aneh. Sesaat setelah itu, dia pun pingsan. Saya langsung pamit ke mamanya, ibu kos, dan teman lainnya untuk pulang. Saya juga berpesan ke Ron untuk selalu mengabari saya kondisinya dan mendampinginya kemana pun dia pergi.

Setelah kejadian itu, setiap ada kuliah salah seorang teman kosannya pasti menelpon saya untuk mengetahui apakah saya punya jadwal yang sama dengannya. Mereka juga selalu mengawasi tingkah laku An di kampus. Kabar yang saya terima sampai saat ini kondisinya juga masih belum stabil.






Wednesday, August 08, 2007

Pertolongan Tak Terduga

Sebagai mahasiswa baru, pada 10 tahun yang lalu, wajib mengikuti kegiatan pengenalan kampus semacam ospek di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. Berbagai macam tugas diberikan oleh para senior, mulai dari tugas yang tergolong biasa dan yang luar biasa. Apalagi kalau mereka kasi perintah dengan bahasa Jawa (yang waktu itu saya tidak mengerti sama sekali), makin pusing lah saya. Makin terasa berat tugas-tugas yang diberikan.

Hari pertama kami sudah diberikan tugas untuk dikerjakan bersama teman-teman sejurusan, ini tugas kelompok. Saya lupa jenis tugasnya. Yang pasti saya waktu itu tidak langsung pulang ke kosan yang terletak di Ngesrep, Semarang atas. Kebanyakan teman-teman saya berkos di Pleburan, dekat sekali dengan kampus. Kata teman-teman yang asli Semarang, kalau kosnya di Semarang atas itu biasanya mahasiswa yang kampusnya di Tembalang. Memang universitas ini memiliki kampus yang dipencar-pencar :) Saya sebelumnya udah mencoba cari kos di Pleburan dan sekitarnya tapi semuanya penuh. Kalah cepat dengan yang lainnya, apalagi saya datang dari tanah rencong.

Kami mengerjakan tugas itu sampai kira-kira jam 10an malam. Setelah selesai mengerjakannya, saya pun pamitan pulang. Sebenarnya saya pengen nginap di kosan teman, apalagi sudah malam begitu, jalan-jalan sudah keliatan sepi. Tapi saya masih punya tugas yang masih belum diselesaikan dan tugasnya juga harus dikumpul esok harinya, saya juga tidak bawa baju ganti. Baju yang saya pakai pada hari itu sudah tampak kotor sekali, apalagi memakai putih-putih (pakaian wajib pada saat itu). Saya memberanikan diri untuk pulang naik angkot. Saya pilih angkot yang ada penumpangnya, penumpang yang tidak semua pria tapi ada penumpang wanitanya.

Lumayan jauh jarak menuju ke Ngesrep. Selama di dalam angkot, saya mulai memperhatikan penumpang yang ada, sambil berdoa memohon perlindungan padaNya. Memperhatikan gelagat mereka, maklum saya udah mulai takut juga. Belum pernah saya pulang larut malam seperti itu. Sampai tiba giliran penumpang memberikan ongkosnya ke abang kernet yang duduk di depan pintu masuk angkot bagian belakang. Melihat mereka memberikan uang, saya pun mencoba merogoh kantong saya mengambil uang untuk diberikan juga. Ternyata saya tidak menemukan uang itu. Saya coba membuka dompet yang ada di dalam tas saya, pun tidak saya temukan. Wajah saya mulai pucat, saya mulai gelisah bagaimana nanti kalau tidak bisa membayar ongkosnya? Apa pak supir mau menunggu saya, mengambil uang di kosan kalau nanti sudah tiba di dekat arah kosan saya? Saya memang membawa uang secukupnya pada hari itu. Dan tidak sadar uang itu sudah saya pergunakan untuk membeli keperluan tugas.

Satu per satu penumpang turun. Tinggallah 3 orang penumpang yaitu saya, satu seorang pemuda, dan satunya lagi pria setengah baya. Saya semakin gelisah dan terus berdoa memohon pertolonganNya. Saya berpikir bagaimana caranya untuk meminjam uang dengan salah satu penumpang yang tersisa. Tapi niat itu tak terucapkan oleh bibir saya. Kegelisahan saya terbaca oleh pria setengah baya itu. Beliau menyapa saya, menanyakan baru pulang dari mana, mau turun di mana, dan asal saya dari mana. Sang Bapak sempat cerita memiliki anak perempuan seperti saya yang juga masih berstatus mahasiswa baru. Saya tidak menceritakan keadaan saya yang butuh uang untuk bayar ongkos padanya. Ternyata Bapak ini juga turun di Ngesrep. PertolonganNya datang melalui beliau ini. Beliau yang akhirnya membayarkan ongkos saya, Alhamdulillah. Saya pun mengucapkan terima kasih dan meminta alamat beliau untuk mengganti uang yang dibayarkannya. Bapak tersebut menolak untuk menerima uang ganti dari saya. Bapak itu pun berlalu begitu saja. Terima kasih, Pak...

Sealine Beach Update

Semoga informasi ini bermanfaat bagi yang ingin berlibur dan menginap di Sealine :)

SP. Week End Rates :
Villa Qr. 2800
Chalet Qr. 1800
Suite Room Qr. 1400
Room (1st floor) Qr. 800
Room (ground floor) Qr. 900

SP. Week Day Rates :
Villa Qr. 2200
Chalet Qr. 1300
Suite Room Qr. 800
Room (1st floor) Qr. 600
Room (ground floor) Qr. 650

Rates are on room only basis inclusive of service charge & taxes, valid from May 01, 2007 to December 31, 2007.

Villa (can accommodate up to 6 persons)
A Villa has 3 bedrooms, 1 king size bed and 2 with two separate beds, 2 bathrooms, living room, dining area with kitchen, microwave oven and a fridge. At the front, there is tiled terrace with sitting and bricks BBQ grill stand as well as outdoor beach shower. There is direct access from each villa to the beach and the sea. (Catering pack can be provided with an additional fee)

Chalet (can accommodate up to 4 persons)
A Chalet has 2 bedrooms, 1 with king size bed and other with 2 separate beds, 1 separate bathroom, living room, dining area with a microwave oven and a mini fridge. At the front, there is a tiled terrace with sitting and bricks BBQ grill stand as well as an outdoor beach shower. There is direct access from each chalet to the beach and the sea. (Catering pack can be provided with an additional fee)

Suite Description (can accommodate 1 or 2 persons)Suite type accommodation, one master king size bed room with an attached bathroom and a balcony, lounge including dining area, kitchenette, guest toilet and a balcony, both balconies are overlooking the beach, sea, gardens and swimming pools.

Room Description (can accommodate 1 or 2 persons)
A superior room either with a king size bed (or) two single beds with an attached bathroom, some are located on the ground floor with terrace and some on the first floor with a balcony, all are overlooking the beach, sea, gardens and swimming pools.

For reservations please contact
Tel: (974) 4765299
Reservations Direct: (974) 4765233 Fax: (974) 4765235